Melawan kanker dengan meditasi menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan umat Buddha.

Jika Anda terkena kanker, janganlah panik dan sedih.

Masih ada cara untuk sembuh : Meditasi.

Bagaimana meditasi menyelamatkan penderita kanker?

Melawan kanker

Ketika seseorang “memenangkan” pikirannya, maka jasmaninya juga akan menang melawan musuhnya.

Untuk membuktikan bahwa hal tersebut benar adanya, Anda perlu melihat berita berikut.

Ini beritanya: Titiek Puspa Sembuh dari Kanker karena Meditasi.

Titiek Puspa yang bukan merupakan umat Buddha, mempraktekkan meditasi dan akhirnya memenangkan kehidupannya.

Dia sembuh.

Orangnya bahkan masih hidup sampai sekarang.

Bagaimana dengan Anda yang merupakan umat Buddha?

Alih-alih terpuruk kedalam kesedihan, Anda bisa mencoba meditasi.

Anda hanya perlu motivasi yang tepat untuk memulainya. Dan disinilah tujuan saya, memotivasi Anda untuk menang melawan kanker Anda dengan cara bermeditasi.

Melawan kanker.

Dunia belum berakhir

Saya tahu Anda sedih, marah, kecewa, gelisah, cemas, dan putus asa.

Anda ingin sembuh dari penyakit yang menggerogoti jasmani Anda.

Anda juga sudah berupaya sampai habis banyak sekali dana, tenaga dan waktu.

Setelah melewati semua itu..

Anda masih belum sembuh.

Anda masih merasakan sakit.

Janganlah takut. Anda masih bisa disembuhkan.

Pertama-tama, renungkanlah keyakinan Anda terhadap Maha Buddha Gotama.

Apakah Anda yakin akan jalan pembebasan yang ditunjukkan Maha Buddha Gotama adalah jalan kebenaran menuju kebahagiaan abadi?

Apapun jawaban yang terlintas di hati dan pikiran Anda, terimalah.

Pertanyakan kembali pertanyaan tersebut.

Jawablah dalam hati…

…sampai Anda mendapati bahwa Anda benar-benar yakin.

Dengan keyakinan ini sebagai pondasi terkuat, Anda akan melatih diri Anda dalam meditasi ketenangan.

Meditasi ketenangan ini akan menjadi obat yang paling manjur untuk menyembuhkan sakit Anda.

Yakin dan percayalah!

Mulailah bermeditasi…

Meditasi

  • Ciptakanlah suasana tenang.
  • Duduklah dengan nyaman di satu sisi ruangan.
  • Tegakkan punggung Anda.
  • Kedua tangan biarkan rileks dan berada di pangkuan Anda.
  • Tutup mata.
  • Perhatikanlah napas Anda.
  • Fokus dan hanya memperhatikan napas. Jangan dengarkan apa yang dikatakan “hati” Anda.
  • Jangan juga mengikuti bayangan-bayangan ingatan, imajinasi, konsep-konsep, keluhan, dan seluruh hal lain yang mulai bermunculan di pikiran Anda.
  • Tetap hanya perhatikan napas Anda.

Napas masuk secara perlahan…

…napas keluar secara perlahan.

Biarkan proses bernapas Anda apa adanya. Jangan bernapas terlalu cepat, jangan juga terlalu lambat.

Fokus dan hanya ada napas.

Perhatikan mulai dari napas masuk – keluar – jeda – masuk – keluar. Berulang-ulang.

Lupakan segala konsep tentang waktu, ruang, pikiran. Semuanya tidak lagi relevan.

Hanya ada Anda dan napas Anda yang tenang, bersih dan damai.

Biarkanlah ketenangan mulai terbit.

Biarkanlah kedamaian mulai terbit.

Biarkanlah kegembiraan mulai terbit.

Anda berada di jalur yang benar.

Ambil jeda sebentar…

Renungkanlah ini:

Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi diri sendiri.

Karena siapa pula yang dapat menjadi pelindung bagi dirinya?

Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, ia akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari.

Sumber: Dhammapada XII. Diri Sendiri (Syair 160).

Lanjutkanlah kembali memperhatikan napas.

Lakukanlah berulang kali, setiap ada waktu, setiap ada kesempatan dan setiap Anda mengingat praktek ini.

Bacalah paritta ini.

Jika memungkinkan, seringlah membaca paritta Bojjhanga Paritta.

Berikut adalah isi paritta tersebut:

Bojjhaṅgo sati-saṅkhāto Dhammānaṁ vicayo tathā Viriyam-pīti-passaddhi Bojjhaṅgā ca tathāpare Samādhupekkha-bojjhaṅgā Sattete sabba-dassinā Muninā sammadakkhātā Bhāvitā bahulīkatā Saṁvattanti abhinnāya Nibbānāya ca bodhiyā Etena sacca-vajjena Sotthi te hotu sabbadā.

Ekasmiṁ samaye nātho Moggallānanca Kassapaṁ Gilāne dukkhite disvā Bojjhaṅge satta desayi Te ca taṁ abhinanditvā Rogā mucciṁsu taṁkhaṇe Etena sacca-vajjena Sotthi te hotu sabbadā.

Ekadā Dhamma-rājā pi Gelannenābhipīḷito Cundattherena tanneva Bhaṇāpetvāna sādaraṁ Sammoditvā ca ābādhā Tamhā vuṭṭhāsi ṭhānaso Etena sacca-vajjena Sotthi te hotu sabbadā.

Pahīnā te ca ābādhā Tiṇṇannam-pi mahesinaṁ Maggāhata-kilesā va Pattānuppattidhammataṁ Etena sacca-vajjena Sotthi te hotu sabbadā.

Terjemahan:

Faktor-faktor untuk mencapai Bodhi adalah: Sati (perhatian), Dhamma-Vicayo (penyelidikan terhadap Dhamma), Viriya (semangat), Pīti (kegiuran), Passaddhi (ketenangan), Faktor lainnya adalah: Samādhi dan Upekkha (keseimbangan) Ketujuh faktor ini telah diajarkan Dengan jelas oleh Sang Mahā Muni (Suci). Bila dikembangkan dan selalu dilatih Akan menghasilkan Abhinnā (kemampuan batin tinggi), Nibbāna dan Penerangan Sempurna. Berkat kebenaran ucapan ini Semoga anda selamat sejahtera.

Pada suatu ketika Sang Pelindung Melihat Yang Ariya Moggallāna dan Yang Ariya Kassapa sakit demam. Beliau mengulang ketujuh faktor Bodhi. Karena mereka merasa gembira Seketika itu mereka sembuh. Berkat kebenaran ucapan ini Semoga anda selamat sejahtera.

Suatu ketika Sang Dhamma-Rāja sendiri sakit demam. Yang Ariya Cunda Thera (diminta) mengulangi Sutta ini dengan khidmat. Karena merasa gembira Maka seketika sembuhlah Sang Bhagavā. Berkat kebenaran ucapan ini Semoga anda selamat sejahtera.

Penyakit telah disembuhkan Dari tiga Petapa Agung tersebut. Seperti Sang Jalan melenyapkan kekotoran batin Tercapai sesuai dengan kebenaran Dhamma. Berkat kebenaran ucapan ini Semoga anda selamat sejahtera.

Etena sacca-vajjena. Berkat kebenaran ucapan ini.

Sotthi te hotu sabbadā. Semoga anda selamat sejahtera.

Buddhānubhāvena sotthi hotu. Berkat kekuatan nilai-nilai luhur Buddha, semoga kesejahteraan ada pada Anda.